animasi kupu-kupu terbang

Rabu, 05 Februari 2014

Contoh Orang-Orang Sukses

IR. SOEKARNO DAHLAN ISKAN MARIO TEGUH ALBERT EINSTEIN ABRAHAM LINCOLN JOHN D. ROCKEFELLER

Mengejar Cita-Cita

Di pagi hari yang cerah dina membuka pintu jendela rumahnya, ia melihat beberapa burungyang sedang berkicau, ia pun termenung dengan berpikir bagaimana nasibnya dimaa depan nanti ”apakah aku nantinya bisa menjadi orang yang sukses” tanyanya dalam hati , dan aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dengan kerja kerasku sendiri. Tiba-tiba ibunya memanggil dina..? iya bu! Kenapa kamu termenung nak, ada apa? Tidak ada apa-apa bu. Kalau begitu kamu bisa bantu ibu?. Setelah membantu ibunya dina termenung kembali untuk kedua kalinya “pokoknya aku harus menjadi orang yang sukses” katanya dalam hati. Matahari mulai terbit jam sudah menunjukkan pukul 07.00 wib. Dina mulai menyandangkan tas dan memakai sepatu dengan terburu-buru untuk pergi ke sekolah dan ia pamit kepada kedua orang tuanya sambil mencium tangan ibu dan bapaknya. Dalam perjalanan ia bertemu dengan temannya, lalu ia bertanya kepada temannya “do apakah kamu memiliki cita-cita?” ya saya memiliki cita-cita yaitu ingin menjadi pengusaha yang sukses, “kalau cita-citamu ingin menjadi apa?kalau aku ingin menjadi .. dina pun terdiam dan tersenyum, kok...!kamu diam saja din..!! oo gak apa-apa do” jadi cita-citamu ingin menjadi apa?” kalau aku inngin membahagiaka kedua orang tuaku. Begitu yaa? Dina pun terus berjalan dengan kebingungan. Sampai disekolah dinapun merasa ada yang kurang karena tiada sahabatnya yang datang. Bel masuk pun telah dibunyikan, semua siswa berbaris dilapangan untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru pada setiap paginya. Setelah berbaris dina masuk ke kelasnya. Di dalam kelas tiba-tiba temannya memanggil “din..din!! siap pr matemaatika..?ooo pr matematika, kalau aku sudah siap, kalau kamu? Kalau aku sih belum siap. “din bolehkah aku pinjem buku matematikamu’tanya do” bole sihh tapi ada syaratnya:apaan tu? Syaratnya mudah kok kamu harus menjawab pertanyaanki. Yang pertama kamu memiliki cita-cita? Iya aku memiliki cita-cita aku ingin menjadi dokter kenapa kamu ingin menjadi dokter? Ya karena aku ingin menolong orang-orang yang sakit dikampungku. “emangnya dikampungmu diserang wabah penyakit apa?”wabah penyakit flu burung, saat ini banyak orang-orang yang sakit belum terobati “kalau begitu harus cepat-cepat dicegah wabah penyakitnya”. Iyasih tapi belum ada solusinya, saya pun ikut perihatin atas musibah yang menimpa kampungmu. Terlslu asyiknya berbicara, guru pun masuk ke dalam kelas masing-masing siswa kembali ke bangkunya. Belajat mengajar pun dimulai, asyik-asyiknya belajar, bel pun berbunyi kini saatnya jam istirahat. Isaat semua ke kanrin dina membawa teman-temannya untuk pergi kekantin dengan bersama-sama. Sesampainya di kantin dina pun merasa kehilangan uang, lalu ia berkata kepada temannya “Ree uangku hilang” lalu bagaimana kara rere. “begini saja sebaiknya kamu pakai uangku saja din buat beli jajan. Terimakasi kamu telah menolongku, nanti kalau ada uang akan ku ganti uangmu”kata dina”. Nggak usah din aku ikhlas kak nolong kamu. “terimakasih ya..! si kata dina. B el masuk kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Waktu pu telah berlalu, saatnya waktu pulang sekolah. Dina tidak lupa akan tugas piketnya, pada saat membersihkan kels ia melihat seekor burung kecil yang berusaha untuk bisa terbang walaupun ia masih kecil, seperti itulah hidup yang ingin meraih cita-cita agar menjadi orang yang sukses tanya dalam hati. Waktu pulang sekolah ia teringat sesuatu dipikirannya yaitu, setelah pulang nanti ia harus menolong ibunya dalam pekerjaan rumah, karena membantu ibu itu adalah tugasnya sehari-hari. Tiba dirumahnya ia meletakkan sepatu dan tasnya pada tempatnya. Assalamualaikum bu..? sambil mencium tangan ibunya. Waalaikumsalam jawab ibu. Ibu b olehkah aku bertanya pada ibu, tanya dina. Boleh mau tanya tentang apa? Begini buu apakah ibu memiliki cita-cita? “iya ibu memiliki cita-cita menjadi guru tetapi sekarang ibu sudah tua, ibu sudah gak mempunyai kekuatan dan ibu sekarang hanya bisa berharap kepada anak-anak ibu agar bisa terwujud cita-citanya, maka dari itu kamu harus rajin belajar , solat dan berdoa kepada ALLAH swt dan janganlah kamu mundur dalam menuntut ilmu. Insyaallah bu akan dina pegang kata-kata ibu tadi. Dari situlah dina berusaha keras untuk mewujudkan cita-citanya dengan memotivasi dirinya agar lebih giat belajar. Tidak lupa dina juga mengajak teman-temannya untuk belajar bersama agar dapat memperoleh hasil yang baik. Walaupun dina belajar dengan giat tetapi ia juga tidak lupa membantu ibunya membersihkan pekerjaan rumah karena itu sudah menjadi tanggung jawabnya menjadi seorang anak. Dina selalu berbakti kepada orang tuanya. Dia tidak pernah merepotkan kedua orang tuanya. Dia selalu menyisihkan uang sakunya untuk ditabung agar dia juga bisa membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan sekolah. Menjadi seorang guru adalah impian dina, dina ingin menjaadi seorang guru karena guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, begitu mulianya seorang guru dengan segala ilmu yang dipunyainya dia ikhlas mengajarkan murid-muridnya agar menjadi pandai. Sebab dari itu dina ingin sekali menjadi seorang guru. Apa yang tisak diketahyi oleh dina pasti dina tidak akan segan-segan untuk bertanya kepada gurunya karena malu bertanya akan sesat di jalan. Dina selalu menganggap guru di sekolah sebagai orang tua keduanya karena yang mengajarkan dan mendidik kita di sekolah adalah guru. Demi ingin mewujudkan cita-citanya dan kebahagiaan kedua orang tuanya kini saatnya ia menunjukkan kemampuannya dalam belajar dengan kata-kata yang dilontarkan ibunya tadi. Dina menjadi semangat apa yang telah dikatakan ibunya. Cita-cita dina ingin menjadi seorang guru yang bijaksana dan ramah kepada muridnya. Demi cita-citanya ia pun mengalami banyak perubahan dan menjadi aktif dalam belajar. Dengan demikian ia selalu giat belajar, berdoa dan berusaha karena tanpa doa dan usaha tidak akan terwujudnya suatu cita-cita seseorang. Maka dari itu raihlah cita-cita mu setinggi langit dengan berdoa dan bekerja keras. Setelah dina menyelesaikan sekolahnya dan lulus dengan hasil yang baik dina pun senang dan memberitahu kepada ibunya. Betapa senangnya hati seorang orang tua apabila anaknya lulus dengan hasil yang baik. Setelah itu dina melanjutkan untuk kuliah di jurusan yang dia inginkan yaitu guru. Dina mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah karena dina termasuk murid yang pandai ibunya senang karena dina mendapatkan beasiswa. Kini dina tidak merepotkan kedua orang tuanya lagi. Dina belajar dengan sungguh-sungguh dia todak mau menyia-niyiakan kesempatan yang berharga ini. Tiada waktu dia habiskan untuk berfoya-foya melainkan dia melakukan hal-hal yang bermanfaat. Setelah beberapa semester ia lalui dengan hasil yang baik dina pun berhasil memyelesaikan kuliahnya betapa senangnya dina dan orang tunaya tetapi tidak pernah ada kesombongan dalam hatinya. Segera dia melamar pekerjaan untuk menjadi seorang guru sudah lama cita-cita ini dia impikan akhirnya terwujud juga kini dia menjadi seorang guru yang dia inginkan.

Selasa, 14 Januari 2014

Cerita Unik Perjalanan Seorang Mantan Presiden

Cerita - Cerita Unik dari Mantan Presiden RI Ir.Soekarno 1.Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden Sosok Soekarno punya seribu cerita unik yang mengundang senyum. Kira-kira apa perintah pertama Presiden Soekarno saat menjadi Presiden? Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI. Tidak ada debat sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden. Berbeda sekali dengan sidang paripurna di DPR yang penuh keriuhan, protes serta gontok-gontokan. Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. "Nah kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?" Soekarno pun menjawab, "Baiklah." Sesederhana itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI. Namanya negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki. "Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno. Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!" Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI. Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan. Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal. "Di malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum tidur. Aku memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata 'Aku melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi...dalam waktu dekat...anakku akan tinggal di istana yang besar dan putih itu'. Jadi ini tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya," ujar Fatmawati tenang. Soekarno memang ditakdirkan jadi orang besar dengan segala ceritanya. 2.Soekarno cinta budaya bangsa Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia. "Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara politik. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong.

Senin, 13 Januari 2014

Perjalanan Seorang Dahlan Iskan

Cerita lucu perjalanan Dahlan Iskan di Padangpariaman Padang Banyak cerita lucu dan menarik saat Menteri BUMN, Dahlan Iskan melakukan kunjungan kerja selama 16 jam di Padangpariaman dan Padang, Sabtu (30/6) malam-Minggu (1/7) siang. Pejabat negara yang selalu mengenakan kemeja putih lengan panjang, celana dasar hitam dan sepatu kets ini, memilih tampil merakyat daripada dilayani oleh aturan protokoler kementerian. CERITA lucu dan menarik ini, dimulai saat tiba di Bandara International Minangkabau (BIM), Sabtu (30/6), sekitar pukul 21.30 WIB. Sejumlah tamu, mulai unsur pemerintahan, peja­bat BUMN, pengurus Lembaga Kera­pa­tan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar dan tokoh pers, saat itu sudah standby menunggu Dahlan di ruangan very important person (VIP) BIM. Sesuai skedul protokoler dan panitia pe­nyambutan tamu, memang meren­ca­nakan Dahlan turun di ruang VIP. Man­tan Dirut PT PLN (Persero) ini naik pesa­wat Garuda Airlines dari Bandara Soe­karno Hatta, Jakarta, pukul 19.00 WIB. Sesuai jadwal, ia akan tiba pada pukul 20.40 WIB. Namun, hingga pukul 21.00 WIB, Dahlan belum juga muncul. Gemuruh mesin pesawat pun terde­ngar. Sejumlah tamu pun beranjak dari tem­pat duduk, kemudian gegas menuju pin­tu penyambutan ruang VIP. Termasuk puluhan wart­a­wan media cetak dan elektronik yang sudah standby sejak pukul 19.30 WIB. Semua mengira, itu pe­sawat Garuda yang dinaiki Dah­lan. Namun semuanya ke­cele. Tak ada tanda-tanda Dah­lan tiba. Tak lama setelah itu, sejum­lah panitia penyambutan tamu dari PT Semen Padang (PT SP), ka­sak kusuk. Mereka feeling, Dah­lan akan turun di pintu ke­datangan reguler (non VIP). Se­bagian panitia pun langsung ber­ge­gas ke pintu kedatangan regu­ler, termasuk para warta­wan yang membentuk dua tim. Tim pertama, ke pintu kedatangan reguler. Tim kedua, tetap stan­dby di ruangan VIP. 15 menit kemudian, gemu­ruh mesin pesawat kem­bali ter­dengar, landing di BIM. Ta­mu-ta­mu pun kembali beran­jak dari kur­sinya, bergegas ke pintu ke­datangan VIP. 10 menit ditung­gu, Dahlan tak juga mun­cul. Wako Padang, Fauzi Bahar pun juga dibuat bingung. “Di mana Pak Menteri turun,” tanya Fauzi ke­pada sejumlah wartawan. “Menurut jadwal panitia, di VIP, Pak Wali,” jawab rekan-re­kan wartawan. Mendengar ja­waban itu, Fauzi tetap standby di ruangan VIP bersama Wabup Pa­dangpariaman, Damsuar dan pu­luhan tamu lainnya. Benar saja, Dahlan memilih turun di pin­tu kedatangan reguler (non VIP). Ia tiba sendiri tanpa dika­wal ajudan. Sambil jalan ke luar, ia selalu melempar senyum ke­pada orang-orang di sekitar ban­dara. Tak tampak gurat keletihan di wajahnya. Ia selalu terlihat se­mangat. Di hadapan seluruh ta­mu di aula VIP, Dahlan mengu­cap­kan permohonan maaf. “Pe­sa­wat saya delay hampir satu jam. Ada penumpang yang dike­ta­hui sakit jantung di dalam pe­sawat. Terpaksa ia turun. Pen­carian barang-barangnya di ba­gasi, juga lama. Mohon maaf,” tu­tur Dahlan sambil mengang­kat kedua tangannya. Permohonan maaf kedua juga disampaikan Dahlan, diri­nya tak bisa berlama-lama di Pa­dang dan Padangpariaman. “Men­dadak, sebelum saya be­rang­­kat tadi, saya ditelepon pro­to­koler presiden. Oleh pr­e­siden, sa­ya diminta untuk berangkat ke Aus­tralia, Minggu (1/7) siang. Ja­di, agenda saya yang semula sam­pai Minggu (1/7) pukul 14.00 WIB di sini, terpaksa di­per­cepat. Minggu (1/7) pukul 10.00 WIB, saya sudah harus balik ke Jakarta,” ulas wartawan senior ini. Di balik kunjungannya sela­ku Menteri BUMN, Dahlan juga memiliki misi khusus datang kali ini ke Padangpariaman dan Pa­dang, Sabtu (30/6)-Minggu (1/7). Pria lulusan Pondok Pesan­tren (Ponpes) Sabilil Mut­taqien, Ma­getan, Jawa Timur ini me­nga­ku ingin mempelajari lebih da­lam soal aliran Tarekat Satta­ri­yah di Ranah Minang. Ini se­mua didasari banyaknya ja­maah Tarekat Sattariyah di Jatim. Keinginan itu diutarakan Dah­lan di hadapan pengurus LKAAM Sumbar, Wako Padang, Fauzi Bahar dan Wabup Pa­dang­pariaman, Damsuar di rua­ngan VIP BIM, saat itu. “Ke­luarga saya juga banyak dari pe­san­tren. Kini, kami juga punya pon­pes keluarga. Makanya terta­rik mempelajari Sattariyah ka­re­na berasal dari Ranah Mi­nang,” tukas pria kelahiran Ma­getan, 17 Agustus 1951 ini. “Saya janji akan kembali da­tang ke sini dalam waktu de­kat. Na­mun bukan selaku Men­teri BUMN, melainkan se­laku priba­di, orang biasa,” tu­turnya. Tak sampai 15 menit, se­kretaris pribadi (sepsri) Dah­lan, Mamik Slamet mengi­ngatkan Dahlan. Di Masjid Raya Kasang, Keca­ma­­tan Batanganai, Padang­pa­ria­man, ratusan jamaah su­dah lama menunggu. “Mohon maaf yang ketiga. Agenda saya sangat padat se­kali. Saya harus segera ke Ma­s­jid Ra­ya Kasang,” ungkap Dah­lan di ak­­hir silaturahmi de­ngan pe­ngurus LKAAM Sum­bar. Ma­lam itu, pengurus LKAAM menyam­pai­kan mak­sud­nya untuk me­ngang­kat Dah­lan sebagai war­ga kehor­matan orang Minang. Sekitar pukul 22.15, Dahlan tiba di Masjid Raya Kasang. Di sana, ia disambut hangat jamaah ibu-ibu dari majelis taklim. Se­patu kets bertuliskan DI (Dah­lan Iskan, red) pun ditaruh­nya di teras masjid bersama ratusan sandal jamaah lainnya. Dalam waktu singkat, Dah­lan menceritakan bagai­mana perjuangan hidup­nya melawan ganasnya penyakit kanker hati hing­ga ditawari Presiden SBY men­jadi Menteri BUMN. Tak sampai 30 menit, Dahlan pun bersiap untuk pamit. Matanya pun tertuju pada lapek pisang di de­kat pintu masjid. “Kue ini saya ba­wa ya buk. Saya mau makan kue ini dalam mobil,” celetuk­nya. Perjalanan pun dilanjutkan ke Ponpes Hamka, Kecamatan Batang Anai. Di luar, para santri telah menunggu Dahlan dengan mem­bawa obor. Melihat ba­nyak­­nya santri di luar, Dahlan pun turun. “Saya jalan kaki aja ke dalam. Bagi yang ingin naik mo­bil, silakan. Bagi yang ingin ikut sama saya jalan kaki, ayok,” ajak Dahlan kepada sejumlah pa­nitia penyambutan. Melihat Dahlan jalan, Wako Fauzi Bahar pun juga turun dari mobil dinas Camry BA 1 A warna hitam. Para wartawan pun juga bergegas turun dari mobil, ikut jalan kaki bersama Dahlan. “Jadi teringat saat nyantri dulu. Itung-itung pemanasan sebelum jalan se­hat di Semen Padang, besok pagi (Minggu, red),” kata Dahlan ke­pada Wako Fauzi Bahar di sam­pingnya. Mendengar per­kataan tersebut, Fauzi terta­wa. “Lebih sehat Pak Menteri seper­ti­nya dibanding saya,” canda Fauzi kepada Dahlan. Sepanjang perjalanan, Dah­lan merangkul anak santri. Setelah 10 menit berjalan kaki se­jauh 1 km, Dahlan disambut si­riah jo carano dan makan ba­jam­ba bersama santri. Usai ma­kan, mic pun diserahkan ke Dah­lan untuk memberi sam­bu­tan. “Saya tak mau berpidato. Si­lakan tanya apa saja, asal jangan politik,” ujar Dahlan membuka pembicaraan. Mendengar hal tersebut, sa­lah seorang santri maju ke de­pan. Namanya M Ikhsan, dari santri Aliyah (setingkat SMA). “Ke­napa bapak memilih pesan­tren Hamka untuk dikunjungi,” ta­nya Ikhsan.