animasi kupu-kupu terbang
Senin, 13 Januari 2014
Perjalanan Seorang Dahlan Iskan
Cerita lucu perjalanan Dahlan Iskan di Padangpariaman Padang
Banyak cerita lucu dan menarik saat Menteri BUMN, Dahlan Iskan melakukan kunjungan kerja selama 16 jam di Padangpariaman dan Padang, Sabtu (30/6) malam-Minggu (1/7) siang. Pejabat negara yang selalu mengenakan kemeja putih lengan panjang, celana dasar hitam dan sepatu kets ini, memilih tampil merakyat daripada dilayani oleh aturan protokoler kementerian.
CERITA lucu dan menarik ini, dimulai saat tiba di Bandara International Minangkabau (BIM), Sabtu (30/6), sekitar pukul 21.30 WIB. Sejumlah tamu, mulai unsur pemerintahan, pejabat BUMN, pengurus Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar dan tokoh pers, saat itu sudah standby menunggu Dahlan di ruangan very important person (VIP) BIM.
Sesuai skedul protokoler dan panitia penyambutan tamu, memang merencanakan Dahlan turun di ruang VIP. Mantan Dirut PT PLN (Persero) ini naik pesawat Garuda Airlines dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, pukul 19.00 WIB. Sesuai jadwal, ia akan tiba pada pukul 20.40 WIB. Namun, hingga pukul 21.00 WIB, Dahlan belum juga muncul.
Gemuruh mesin pesawat pun terdengar. Sejumlah tamu pun beranjak dari tempat duduk, kemudian gegas menuju pintu penyambutan ruang VIP.
Termasuk puluhan wartawan media cetak dan elektronik yang sudah standby sejak pukul 19.30 WIB. Semua mengira, itu pesawat Garuda yang dinaiki Dahlan. Namun semuanya kecele. Tak ada tanda-tanda Dahlan tiba.
Tak lama setelah itu, sejumlah panitia penyambutan tamu dari PT Semen Padang (PT SP), kasak kusuk. Mereka feeling, Dahlan akan turun di pintu kedatangan reguler (non VIP). Sebagian panitia pun langsung bergegas ke pintu kedatangan reguler, termasuk para wartawan yang membentuk dua tim. Tim pertama, ke pintu kedatangan reguler. Tim kedua, tetap standby di ruangan VIP.
15 menit kemudian, gemuruh mesin pesawat kembali terdengar, landing di BIM. Tamu-tamu pun kembali beranjak dari kursinya, bergegas ke pintu kedatangan VIP. 10 menit ditunggu, Dahlan tak juga muncul. Wako Padang, Fauzi Bahar pun juga dibuat bingung. “Di mana Pak Menteri turun,” tanya Fauzi kepada sejumlah wartawan.
“Menurut jadwal panitia, di VIP, Pak Wali,” jawab rekan-rekan wartawan. Mendengar jawaban itu, Fauzi tetap standby di ruangan VIP bersama Wabup Padangpariaman, Damsuar dan puluhan tamu lainnya. Benar saja, Dahlan memilih turun di pintu kedatangan reguler (non VIP). Ia tiba sendiri tanpa dikawal ajudan. Sambil jalan ke luar, ia selalu melempar senyum kepada orang-orang di sekitar bandara.
Tak tampak gurat keletihan di wajahnya. Ia selalu terlihat semangat. Di hadapan seluruh tamu di aula VIP, Dahlan mengucapkan permohonan maaf. “Pesawat saya delay hampir satu jam. Ada penumpang yang diketahui sakit jantung di dalam pesawat. Terpaksa ia turun. Pencarian barang-barangnya di bagasi, juga lama. Mohon maaf,” tutur Dahlan sambil mengangkat kedua tangannya.
Permohonan maaf kedua juga disampaikan Dahlan, dirinya tak bisa berlama-lama di Padang dan Padangpariaman. “Mendadak, sebelum saya berangkat tadi, saya ditelepon protokoler presiden. Oleh presiden, saya diminta untuk berangkat ke Australia, Minggu (1/7) siang. Jadi, agenda saya yang semula sampai Minggu (1/7) pukul 14.00 WIB di sini, terpaksa dipercepat. Minggu (1/7) pukul 10.00 WIB, saya sudah harus balik ke Jakarta,” ulas wartawan senior ini.
Di balik kunjungannya selaku Menteri BUMN, Dahlan juga memiliki misi khusus datang kali ini ke Padangpariaman dan Padang, Sabtu (30/6)-Minggu (1/7). Pria lulusan Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilil Muttaqien, Magetan, Jawa Timur ini mengaku ingin mempelajari lebih dalam soal aliran Tarekat Sattariyah di Ranah Minang. Ini semua didasari banyaknya jamaah Tarekat Sattariyah di Jatim.
Keinginan itu diutarakan Dahlan di hadapan pengurus LKAAM Sumbar, Wako Padang, Fauzi Bahar dan Wabup Padangpariaman, Damsuar di ruangan VIP BIM, saat itu. “Keluarga saya juga banyak dari pesantren. Kini, kami juga punya ponpes keluarga. Makanya tertarik mempelajari Sattariyah karena berasal dari Ranah Minang,” tukas pria kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951 ini.
“Saya janji akan kembali datang ke sini dalam waktu dekat. Namun bukan selaku Menteri BUMN, melainkan selaku pribadi, orang biasa,” tuturnya. Tak sampai 15 menit, sekretaris pribadi (sepsri) Dahlan, Mamik Slamet mengingatkan Dahlan. Di Masjid Raya Kasang, Kecamatan Batanganai, Padangpariaman, ratusan jamaah sudah lama menunggu.
“Mohon maaf yang ketiga. Agenda saya sangat padat sekali. Saya harus segera ke Masjid Raya Kasang,” ungkap Dahlan di akhir silaturahmi dengan pengurus LKAAM Sumbar. Malam itu, pengurus LKAAM menyampaikan maksudnya untuk mengangkat Dahlan sebagai warga kehormatan orang Minang.
Sekitar pukul 22.15, Dahlan tiba di Masjid Raya Kasang. Di sana, ia disambut hangat jamaah ibu-ibu dari majelis taklim. Sepatu kets bertuliskan DI (Dahlan Iskan, red) pun ditaruhnya di teras masjid bersama ratusan sandal jamaah lainnya.
Dalam waktu singkat, Dahlan menceritakan bagaimana perjuangan hidupnya melawan ganasnya penyakit kanker hati hingga ditawari Presiden SBY menjadi Menteri BUMN. Tak sampai 30 menit, Dahlan pun bersiap untuk pamit. Matanya pun tertuju pada lapek pisang di dekat pintu masjid. “Kue ini saya bawa ya buk. Saya mau makan kue ini dalam mobil,” celetuknya.
Perjalanan pun dilanjutkan ke Ponpes Hamka, Kecamatan Batang Anai. Di luar, para santri telah menunggu Dahlan dengan membawa obor. Melihat banyaknya santri di luar, Dahlan pun turun. “Saya jalan kaki aja ke dalam. Bagi yang ingin naik mobil, silakan. Bagi yang ingin ikut sama saya jalan kaki, ayok,” ajak Dahlan kepada sejumlah panitia penyambutan.
Melihat Dahlan jalan, Wako Fauzi Bahar pun juga turun dari mobil dinas Camry BA 1 A warna hitam. Para wartawan pun juga bergegas turun dari mobil, ikut jalan kaki bersama Dahlan. “Jadi teringat saat nyantri dulu. Itung-itung pemanasan sebelum jalan sehat di Semen Padang, besok pagi (Minggu, red),” kata Dahlan kepada Wako Fauzi Bahar di sampingnya. Mendengar perkataan tersebut, Fauzi tertawa. “Lebih sehat Pak Menteri sepertinya dibanding saya,” canda Fauzi kepada Dahlan.
Sepanjang perjalanan, Dahlan merangkul anak santri. Setelah 10 menit berjalan kaki sejauh 1 km, Dahlan disambut siriah jo carano dan makan bajamba bersama santri. Usai makan, mic pun diserahkan ke Dahlan untuk memberi sambutan. “Saya tak mau berpidato. Silakan tanya apa saja, asal jangan politik,” ujar Dahlan membuka pembicaraan.
Mendengar hal tersebut, salah seorang santri maju ke depan. Namanya M Ikhsan, dari santri Aliyah (setingkat SMA). “Kenapa bapak memilih pesantren Hamka untuk dikunjungi,” tanya Ikhsan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar