animasi kupu-kupu terbang

Selasa, 14 Januari 2014

Cerita Unik Perjalanan Seorang Mantan Presiden

Cerita - Cerita Unik dari Mantan Presiden RI Ir.Soekarno 1.Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden Sosok Soekarno punya seribu cerita unik yang mengundang senyum. Kira-kira apa perintah pertama Presiden Soekarno saat menjadi Presiden? Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden RI. Tidak ada debat sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden. Berbeda sekali dengan sidang paripurna di DPR yang penuh keriuhan, protes serta gontok-gontokan. Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. "Nah kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?" Soekarno pun menjawab, "Baiklah." Sesederhana itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI. Namanya negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki. "Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno. Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!" Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI. Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan. Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal. "Di malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum tidur. Aku memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata 'Aku melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi...dalam waktu dekat...anakku akan tinggal di istana yang besar dan putih itu'. Jadi ini tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya," ujar Fatmawati tenang. Soekarno memang ditakdirkan jadi orang besar dengan segala ceritanya. 2.Soekarno cinta budaya bangsa Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak kecil. Saat masih bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada pertunjukan wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu tulisnya. Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh perjuangan rakyat Indonesia. "Pertunjukan wayang di dalam sel itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga menenangkan perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam di kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007. Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua. Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah tersebut. Dia menghargai setiap seniman, budayawan hingga penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara politik. Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil menyelamatkan beberapa karya keroncong.

Senin, 13 Januari 2014

Perjalanan Seorang Dahlan Iskan

Cerita lucu perjalanan Dahlan Iskan di Padangpariaman Padang Banyak cerita lucu dan menarik saat Menteri BUMN, Dahlan Iskan melakukan kunjungan kerja selama 16 jam di Padangpariaman dan Padang, Sabtu (30/6) malam-Minggu (1/7) siang. Pejabat negara yang selalu mengenakan kemeja putih lengan panjang, celana dasar hitam dan sepatu kets ini, memilih tampil merakyat daripada dilayani oleh aturan protokoler kementerian. CERITA lucu dan menarik ini, dimulai saat tiba di Bandara International Minangkabau (BIM), Sabtu (30/6), sekitar pukul 21.30 WIB. Sejumlah tamu, mulai unsur pemerintahan, peja­bat BUMN, pengurus Lembaga Kera­pa­tan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar dan tokoh pers, saat itu sudah standby menunggu Dahlan di ruangan very important person (VIP) BIM. Sesuai skedul protokoler dan panitia pe­nyambutan tamu, memang meren­ca­nakan Dahlan turun di ruang VIP. Man­tan Dirut PT PLN (Persero) ini naik pesa­wat Garuda Airlines dari Bandara Soe­karno Hatta, Jakarta, pukul 19.00 WIB. Sesuai jadwal, ia akan tiba pada pukul 20.40 WIB. Namun, hingga pukul 21.00 WIB, Dahlan belum juga muncul. Gemuruh mesin pesawat pun terde­ngar. Sejumlah tamu pun beranjak dari tem­pat duduk, kemudian gegas menuju pin­tu penyambutan ruang VIP. Termasuk puluhan wart­a­wan media cetak dan elektronik yang sudah standby sejak pukul 19.30 WIB. Semua mengira, itu pe­sawat Garuda yang dinaiki Dah­lan. Namun semuanya ke­cele. Tak ada tanda-tanda Dah­lan tiba. Tak lama setelah itu, sejum­lah panitia penyambutan tamu dari PT Semen Padang (PT SP), ka­sak kusuk. Mereka feeling, Dah­lan akan turun di pintu ke­datangan reguler (non VIP). Se­bagian panitia pun langsung ber­ge­gas ke pintu kedatangan regu­ler, termasuk para warta­wan yang membentuk dua tim. Tim pertama, ke pintu kedatangan reguler. Tim kedua, tetap stan­dby di ruangan VIP. 15 menit kemudian, gemu­ruh mesin pesawat kem­bali ter­dengar, landing di BIM. Ta­mu-ta­mu pun kembali beran­jak dari kur­sinya, bergegas ke pintu ke­datangan VIP. 10 menit ditung­gu, Dahlan tak juga mun­cul. Wako Padang, Fauzi Bahar pun juga dibuat bingung. “Di mana Pak Menteri turun,” tanya Fauzi ke­pada sejumlah wartawan. “Menurut jadwal panitia, di VIP, Pak Wali,” jawab rekan-re­kan wartawan. Mendengar ja­waban itu, Fauzi tetap standby di ruangan VIP bersama Wabup Pa­dangpariaman, Damsuar dan pu­luhan tamu lainnya. Benar saja, Dahlan memilih turun di pin­tu kedatangan reguler (non VIP). Ia tiba sendiri tanpa dika­wal ajudan. Sambil jalan ke luar, ia selalu melempar senyum ke­pada orang-orang di sekitar ban­dara. Tak tampak gurat keletihan di wajahnya. Ia selalu terlihat se­mangat. Di hadapan seluruh ta­mu di aula VIP, Dahlan mengu­cap­kan permohonan maaf. “Pe­sa­wat saya delay hampir satu jam. Ada penumpang yang dike­ta­hui sakit jantung di dalam pe­sawat. Terpaksa ia turun. Pen­carian barang-barangnya di ba­gasi, juga lama. Mohon maaf,” tu­tur Dahlan sambil mengang­kat kedua tangannya. Permohonan maaf kedua juga disampaikan Dahlan, diri­nya tak bisa berlama-lama di Pa­dang dan Padangpariaman. “Men­dadak, sebelum saya be­rang­­kat tadi, saya ditelepon pro­to­koler presiden. Oleh pr­e­siden, sa­ya diminta untuk berangkat ke Aus­tralia, Minggu (1/7) siang. Ja­di, agenda saya yang semula sam­pai Minggu (1/7) pukul 14.00 WIB di sini, terpaksa di­per­cepat. Minggu (1/7) pukul 10.00 WIB, saya sudah harus balik ke Jakarta,” ulas wartawan senior ini. Di balik kunjungannya sela­ku Menteri BUMN, Dahlan juga memiliki misi khusus datang kali ini ke Padangpariaman dan Pa­dang, Sabtu (30/6)-Minggu (1/7). Pria lulusan Pondok Pesan­tren (Ponpes) Sabilil Mut­taqien, Ma­getan, Jawa Timur ini me­nga­ku ingin mempelajari lebih da­lam soal aliran Tarekat Satta­ri­yah di Ranah Minang. Ini se­mua didasari banyaknya ja­maah Tarekat Sattariyah di Jatim. Keinginan itu diutarakan Dah­lan di hadapan pengurus LKAAM Sumbar, Wako Padang, Fauzi Bahar dan Wabup Pa­dang­pariaman, Damsuar di rua­ngan VIP BIM, saat itu. “Ke­luarga saya juga banyak dari pe­san­tren. Kini, kami juga punya pon­pes keluarga. Makanya terta­rik mempelajari Sattariyah ka­re­na berasal dari Ranah Mi­nang,” tukas pria kelahiran Ma­getan, 17 Agustus 1951 ini. “Saya janji akan kembali da­tang ke sini dalam waktu de­kat. Na­mun bukan selaku Men­teri BUMN, melainkan se­laku priba­di, orang biasa,” tu­turnya. Tak sampai 15 menit, se­kretaris pribadi (sepsri) Dah­lan, Mamik Slamet mengi­ngatkan Dahlan. Di Masjid Raya Kasang, Keca­ma­­tan Batanganai, Padang­pa­ria­man, ratusan jamaah su­dah lama menunggu. “Mohon maaf yang ketiga. Agenda saya sangat padat se­kali. Saya harus segera ke Ma­s­jid Ra­ya Kasang,” ungkap Dah­lan di ak­­hir silaturahmi de­ngan pe­ngurus LKAAM Sum­bar. Ma­lam itu, pengurus LKAAM menyam­pai­kan mak­sud­nya untuk me­ngang­kat Dah­lan sebagai war­ga kehor­matan orang Minang. Sekitar pukul 22.15, Dahlan tiba di Masjid Raya Kasang. Di sana, ia disambut hangat jamaah ibu-ibu dari majelis taklim. Se­patu kets bertuliskan DI (Dah­lan Iskan, red) pun ditaruh­nya di teras masjid bersama ratusan sandal jamaah lainnya. Dalam waktu singkat, Dah­lan menceritakan bagai­mana perjuangan hidup­nya melawan ganasnya penyakit kanker hati hing­ga ditawari Presiden SBY men­jadi Menteri BUMN. Tak sampai 30 menit, Dahlan pun bersiap untuk pamit. Matanya pun tertuju pada lapek pisang di de­kat pintu masjid. “Kue ini saya ba­wa ya buk. Saya mau makan kue ini dalam mobil,” celetuk­nya. Perjalanan pun dilanjutkan ke Ponpes Hamka, Kecamatan Batang Anai. Di luar, para santri telah menunggu Dahlan dengan mem­bawa obor. Melihat ba­nyak­­nya santri di luar, Dahlan pun turun. “Saya jalan kaki aja ke dalam. Bagi yang ingin naik mo­bil, silakan. Bagi yang ingin ikut sama saya jalan kaki, ayok,” ajak Dahlan kepada sejumlah pa­nitia penyambutan. Melihat Dahlan jalan, Wako Fauzi Bahar pun juga turun dari mobil dinas Camry BA 1 A warna hitam. Para wartawan pun juga bergegas turun dari mobil, ikut jalan kaki bersama Dahlan. “Jadi teringat saat nyantri dulu. Itung-itung pemanasan sebelum jalan se­hat di Semen Padang, besok pagi (Minggu, red),” kata Dahlan ke­pada Wako Fauzi Bahar di sam­pingnya. Mendengar per­kataan tersebut, Fauzi terta­wa. “Lebih sehat Pak Menteri seper­ti­nya dibanding saya,” canda Fauzi kepada Dahlan. Sepanjang perjalanan, Dah­lan merangkul anak santri. Setelah 10 menit berjalan kaki se­jauh 1 km, Dahlan disambut si­riah jo carano dan makan ba­jam­ba bersama santri. Usai ma­kan, mic pun diserahkan ke Dah­lan untuk memberi sam­bu­tan. “Saya tak mau berpidato. Si­lakan tanya apa saja, asal jangan politik,” ujar Dahlan membuka pembicaraan. Mendengar hal tersebut, sa­lah seorang santri maju ke de­pan. Namanya M Ikhsan, dari santri Aliyah (setingkat SMA). “Ke­napa bapak memilih pesan­tren Hamka untuk dikunjungi,” ta­nya Ikhsan.